Rabu, 17 Desember 2008

"Samsudin: Minyak Kaffir Jadi Lumbungnya"

Oleh trubusid Senin, Nopember 03, 2008 02:56:३३

Setiap hari Samsudin merajang 1.200-1.500 Kg campuran ranting dan daun "Citrus hystrix" segar. Bahan baku dicacah supaya minyak yang tersimpan di dalam jaringan tanaman lebih mudah terangkat saat disuling. Cacahan itu lantas dikukus dalam 2 tungku berkapasitas 250 kg selama 5 jam.

Dalam sehari Samsudin 3 kali menyuling. Dari 250 kg bahan baku menghasilkan 1,5 kg minyak atau rendemen 0,6%. Artinya Samsudin mendulang 9 kg kaffir lime oil dalam sehari. Dengan harga jual Rp600.000-Rp700.000/kg, omzetnya Rp5,4-juta-Rp6,3-juta/hari alias Rp162-juta-Rp189-juta/bulan

Bahan baku diperoleh dari pekebun jeruk purut yang tersebar di beberapa kecamatan di Kabupaten Tulungagung. Kabupaten berjarak 154 km dari Surabaya itu memang salah satu sentra jeruk purut. Luas penanaman mencapai 150 ha.

Samsudin hanya mengambil bahan segar. 'Idealnya 1-2 jam setelah panen,' ujarnya. Berdasarkan pengalaman, bila daun layu aroma khas minyak jeruk purut berkurang. Bahkan kalau sampai kering aroma minyak nyaris hilang.

Dari penyulingan minyak jeruk purut pria 42 tahun itu mengutip laba Rp100.000-Rp200.000 per kg atau Rp900.000-Rp1,8-juta per hari. Nilai itu memang lebih kecil dibandingkan keuntungannya waktu menyuling nilam.

Keuntungan lebih tipis karena biaya produksi minyak kaffir lebih tinggi daripada nilam। Minyak kaffir Rp500.000-Rp600.000/kg, nilam rata-rata Rp300.000/kg. Biaya menjulang karena rendemen hanya separuh dari produksi nilam yang mencapai 1,2%. Sedangkan pengeluaran lainnya seperti konsumsi bahan bakar dan biaya tenaga kerja, sama.

Dari pencarian itu ia berhasil mengumpulkan beberapa komoditas sumber minyak asiri seperti jeruk purut Citrus hystrix, lajagowah "Alpinia malaccensis", jahe "Zingiber officinale", dan adas "Foeniculum vulgare'. Harga minyak keempat komoditas itu tergolong tinggi, berkisar Rp600.000-Rp700.000/kg. Sebagai percobaan, aneka jenis bahan baku itu disuling dengan alat penyuling mini berkapasitas 50 kg.

Sayangnya dari keempat komoditas itu hanya minyak jeruk purut yang dapat diproduksi kontinu. 'Pasokan bahan baku jahe, lajagowah, dan adas sulit,' tutur Samsudin. Untuk pemasaran minyak jeruk purut ia meneken kontrak dengan eksportir asal Jakarta dan Semarang. Berapa pun jumlah pasokan mereka terima.

Meski begitu bukan berarti memproduksi minyak jeruk purut tanpa kendala. Bahan baku paling baik adalah daun tua karena kandungan minyaknya lebih tinggi. Hanya saja para pekebun enggan memenuhi permintaan Samsudin karena sulit bila harus memanen selektif. Mereka juga tak mau rugi karena bobot daun lebih ringan sehingga pendapatan sedikit.

Para pekebun biasanya memanen bersama ranting. Akibatnya daun tua bercampur dengan ranting dan daun muda. Kalau murni daun tua rendemennya lebih tinggi. Dari 250 kg bahan baku menghasilkan 1,9 kg minyak, kalau tercampur 1,5 kg.(Trubus)


4 komentar:

  1. Terimakasih atas infonya.. Sangat berguna sekali.. Tapi maaf,, apakah tidak rugi apabila dari 250 kg bahan baku hanya bisa menghasilkan 1,5 kg minyak dan harga per kg-nya hanya berkisar Rp 600.000-Rp 700.000. Bandingkan dengan harga daunnya sebelum disuling yang bisa mencapai Rp 15.000-17.000....

    BalasHapus
  2. dulu th 2008 harga daun kan cman rp 2500. klo sekarang yang disuling kan batangnya........

    BalasHapus
  3. Makasih ya atas infonya dapat menambah pengetahuan salam kenal dari Resep Manisan kolang kaling

    BalasHapus
  4. Artikel bagus dan menginspirasi. Salam nandurwit.com

    BalasHapus